Berbicara masalah
politik menurut kacamata saya sebagai
seorang mahasiswa adalah strategi untuk mempengaruhi orang lain untuk memiliki
pandangan yang sama dengan si politikus untuk mencapai tujuan tertentu.
Pandangan ini belum tentu 100 persen benar dan 100 persen salah. Tugas kita
sebagai seorang mahasiswa/pengamat politik adalah untuk memfilter kebijakan politik yang ada.
Melihat fenomenal
perpolitikan di Indonesia saat ini banyak sekali telah menyimpang dari esensi dasar
politik yaitu sebagai usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan
mewujudkan kebaikan bersama, berkaitan dengan negara, kekuasaan,fungsionalisme,
dan konflik serta tujuan politik yaitu untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Di media masa baik cetak
maupun elektronik hampir setiap hari kita di kejutkan dengan temuan-temuan baru
terkait dengan kasus sulap uang rakyat menjadi uang pribadi alias korupsi oleh pejabat di negeri ini. Koruptor atau menurut saya lebih pantas disebut lintah darat yang menghisap uang
rakyat selalu bermunculan ibarat jamur dimusin hujan. Apa yang salah dengan
negeri ini???
Baru-baru ini kita
dikejutkan dengan tertangkapnya ketua Makamah Konstitusi Republik Indonesia,
Akil Mochtar. Orang nomor satu di Makamah Konsitusi ini diduga terlibat kasus
suap Pemilihan Gubernur lebak Banten dan beberapa kasus sengketa hasil
pemilihan kepala daerah lainnya seperti di Banyuasin, Sumatera Selatan, dan
Sumba Daya Barat, Nusa Tenggara Timur.
Menurut saya rasanya
memang tidak ada lagi jaminan bahwa negara ini memiliki pemimpin yang bersih.
Memang tidak semua pimpinan seperti ini. Ibarat pepatah “gara-gara nila
setitik, rusak susu sebelanga”. Hal ini menjadi wajar, tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintahan,khususnya di sini Makamah Konstitusi tentunlah
sudah sangat kurang. Bagaimana tidak, Makamah Konstitusi yang dipercaya sebagai
lembaga yang dapat mengambil kebijakan strategi dinegara ini sekarang telah
coreng moreng ulah Akil Mochtar.
Sisi lain dari potret politik adalah beberapa hari kedepan,
tepatnya tanggal 30 Oktober 2013 ini Kota Padang akan melaksanakan pesta
demokrasi yakni pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Padang. Momentum ini
terjadi hanya sekali 5 tahun. Menyoroti Pilwako tahun ini terdapat 10 orang
calon yang siap bersaing memperebutkan kursi Wali Kota Padang menggantikan
Fauzi Bahar yang telah menjabat selama 2 periode. Dalam hal kampanye yang
dilakukan oleh Cawako dan Wawako banyak kita lihat
kecurangan-kecurangan/tindakan-tindakan yang bertentangan dengan etika
kampanye, misalnya kita sering melihat banyak brosur, spanduk, leaflet yang
terpampang pada tempat-tempat yang tidak sewajarnya. Apakah mereka tidak tahu
dengan hal ini???. Selain itu, tak urung saat kampanye berlangsung kita sering
mendengarkan cawako dan wawako sering menjelekan /menjatuhkan pesaing mereka.
Menurut saya hal ini buka solusi konkrit dalam menarik perhatian dan
kepercayaan masyarakat.
Hal yang mendasar
sebenarnya yang harus jadi pemikiran dasar oleh calon pemimpin Kota Padang
adalah bagaimana mereka dapat mempersiapkan diri untuk merobah Kota Padang ke arah
yang lebih baik. Saya sebagai Warga Kota Padang belum cukup banyak merasakan
manfaat dari kinerja pimpinan/Walikota Padang selama ini. Masih banyak
permasalah Kota Padang yang belum ada solusi. Kita ambil saja contoh Pasar Raya
Padang. Ini seharusnya menjadi PR besar dan prioritas utama calon pemimpin kota
ini. Pasar merupakan sentral pusat perekonomian masyarakat Kota Padang. Kita
lihat saat ini Pasar Raya dalam kondisi yang memprihatinkan. Bangunan pasar pasca
gempa yang belum rampung juga dikarenaka tidak adanya dana dalam melanjutkan
pembangunan, hingga relokasi pedagang yang tidak tepat sasaran. Tentunya ini
menjadi polemik tersendiri bagi Kota Padang. Sisi lain adalah Kota Padang yang
saat ini kita sebut KOTA tidak memiliki terminal bus. Ini tentunya menjadi
tamparan tersendiri bagi kita dan juga pimpinan di Kota Ini. Apakah memang
seperti ini adanya atau bagaimana. Tentunya banyak tugas-tugas besar lainnya
yang harus menjadi perhatian cawako dan wawako ketimbang hanya cari simpati dan
sensasi.
Kita kembalikan kepada
tujuan dari politik itu sendiri yaitu untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Rasanya esensi ini hampir punah karena kenyataan yang terjadi saat ini adalah
politik adalah untuk kepentingan golongan. Lihat saja berapa banyak partai hari
ini setelah berakhirnya rezim Soeharto. Semua ini menunjukan golongan mereka
sendiri dibalik kedok kepentingan rakyat. Selama ini kita semua tahu bahwa
politik (maksudnya disini anggota MPR dan pejabat negara/pemerintah)
dipergunakan untuk memperkaya diri. Seolah ada politik balas dendam. Maksudnya
dimana seorang pejabat yang telah menghabiskan uangnya hingga Milyaran rupiah
untuk mendapati jabatan tertentu, maka pada saat menjabat merupakan kesempatan
untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkannya. Sedapat mungkin tentunya
juga untuk meraih keuntungan pribadi. Ini yang selama ini terlihat jelas dimata
rakyat. Setiap hari selalu ada pengungkapan fakta baru penyelewengan uang
rakyat alias korupsi yang dilakukan oleh wakil rakyat. Sampai kapan hal ini
terjadi dan ini menjadi tanggungjawab siapa?
Sebagai generasi muda
tentunya ini menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk mempersiapkan diri saat
akan terjun kedunia politik atau pemerintahan. Bekali diri untuk memahami
secara jelas politik sesungguhnya yaitu “Lamak
Dek Awak Takuju Dek Urang”. Sebuah Folosofi minang yang mengakar budaya yang
perlu dilestarikan dinegari ini. Dengan mengamalkan satu filosofi ini saja
tentunya pemimpin di negara kita ini akan lebih memikirkan nasib rakyat
ketimbang sibuk memikirkan partai mereka, sibuk memperkaya diri dan memikirkan
bagaimana bisa memindahkan uang rakyat ke rekening pribadi mereka. Semoga
negara ini memiliki pemimpin sejati seperti baginda Rasulullah Muhammad SAW.
By : Hendri Dunan (Mahasiswa Komunikasi)
seharusnya kata "lamak dek awak katuju dek urang " hendaknya dijadikan sebagai acuan bagi aktor-aktor politik di negeri ini.
BalasHapusseharusnya kata "lamak dek awak katuju dek urang " didefinisikan dalam tulisan isi blog saudara,karena kenapa supaya pembaca diluar ranah minang mengerti dengan maksud kata tersebut .......asyik...
BalasHapusterimakasih